SURABAYA, sanubari.co.id - Posisi Google Search sudah tidak aman. Perkembangan Artificial Intelligence (AI) membuat Larry Page dan Sergey Brin, pendiri google tidak bisa tidur tenang.
Sebab, ChatGPT mulai menunjukkan keseriusannya untuk menggoyangkan dominasi google di dunia saat ini.
OpenAI baru saja meluncurkan peningkatan fitur pencarian pada chatbot mereka. Menurut laporan Bleeping Computer, pembaruan ini memungkinkan ChatGPT Search memberikan jawaban yang lebih akurat, terkini, dan menyeluruh.
Selain itu, pemahaman terhadap pertanyaan pengguna juga menjadi lebih mendalam.
Salah satu peningkatan utamanya adalah kemampuan untuk mengingat konteks dari percakapan yang panjang. Hal itu dapat membantu memberikan hasil pencarian yang lebih relevan. OpenAI menyatakan, hal ini akan secara drastis mengurangi tanggapan yang berulang.
“Fitur ini kini lebih cakap dalam mengikuti instruksi. Terutama dalam interaksi panjang, dan mampu menghindari jawaban berulang,” jelas OpenAI, perusahaan yang didirikan oleh Sam Altman.
Namun, OpenAI mengakui bahwa sistem ini belum sempurna. Pengguna tetap disarankan untuk memverifikasi jawaban yang diberikan. Karena ChatGPT masih bisa melakukan kesalahan.
Fitur pencarian ChatGPT ini baru dikembangkan sekitar satu tahun. Layanan ini memungkinkan pengguna memperoleh ringkasan cepat dari konten yang berasal dari berbagai situs web. Lengkap dengan tautan sumber yang bisa ditelusuri kembali.
“Penggabungan antara antarmuka berbasis bahasa alami dan informasi terkini seperti berita, harga saham, atau skor pertandingan adalah kekuatan utama ChatGPT Search,” ujar pihak OpenAI.
Google Kian Ditinggalkan
Munculnya teknologi kecerdasan buatan (AI) serta kehadiran platform media sosial baru seperti TikTok turut mengubah cara masyarakat mencari informasi, tutorial, dan rekomendasi.
Google kini menghadapi tekanan dari banyak sisi —mulai dari alternatif-alternatif teknologi baru, hingga desakan regulasi antimonopoli dari Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Sebuah riset yang dilakukan The Verge bersama tim Research & Insights Vox Media dan Two Cents Insights menunjukkan adanya perubahan pola perilaku dalam mencari informasi di era digital.
Studi tersebut menyimpulkan bahwa pengguna internet kini lebih memilih sumber informasi berbasis komunitas. Mereka anggap kredibel dan terpercaya, dibanding mengandalkan teknologi lama seperti Google.
“Platform lama seperti Google dan media sosial tradisional mulai kehilangan kepercayaan publik. Banyak orang mulai beralih ke chatbot AI serta komunitas kecil dan platform seperti TikTok,” tulis laporan The Verge.
Data diambil dari survei terhadap 2.000 pengguna internet di Amerika Serikat. Hasilnya, 42 persen responden merasa mesin pencari seperti Google semakin tidak berguna.
Selain itu, 66 persen menyebut kualitas informasi di internet menurun. Mereka kesulitan menemukan sumber yang bisa dipercaya. Serta sekitar 55 persen lebih memilih mencari informasi melalui komunitas dibandingkan mesin pencari konvensional.
Sementara itu, 52 persen responden menyatakan sudah menggunakan chatbot AI atau platform seperti TikTok untuk menggali informasi. Mereka meninggalkan Google sebagai pilihan utama.
Krisis kepercayaan terhadap Google banyak faktornya. Misalnya saja, sebanyak 76 persen responden merasa lebih dari seperempat hasil pencarian di Google saat mereka berbelanja adalah iklan berbayar atau konten bersponsor, bukan rekomendasi organik.
Dari jumlah tersebut, hanya 14 persen yang menilai konten bersponsor tersebut benar-benar membantu mereka. Responden dari generasi muda menunjukkan tren yang lebih kuat: 61 persen Gen Z dan 53 persen milenial mengaku telah menggunakan alat berbasis AI sebagai pengganti Google untuk mencari informasi tertentu.
Saat ini, tersedia beragam alternatif mesin pencari AI yang mulai dikenal publik. Selain ChatGPT dan Perplexity, ada pula platform lain seperti iAsk.Ai, Komo AI, Brave Search, Andi Search, hingga You.com yang mulai dilirik sebagai opsi baru. (*)
Editor : Redaksi Sanubari