Gerhana Bulan Total: Menyingkap Mitos dan Makna Budaya di Balik Fenomena Langit

sanubari.co.id
Photo by Sebastian V. on <a href="https://www.pexels.com/photo/lunar-eclipse-566169/" rel="nofollow">Pexels.com</a>

JAWA TIMUR, sanubari.co.id  BMKG mengungkapkan akan terjadi fenomena gerhana bulan total atau dikenal sebagian orang dengan sebutan blood moon yang bisa diamati dari sejumlah wilayah di Indonesia, pada hari Jumat 14 Maret 2025 nanti, kita akan melihat gerhana bulan: langit akan disulap menjadi pertunjukan yang dikenal sebagai Bulan Darah atau Blood Moon.

Bagi banyak komunitas di seluruh dunia, gerhana bulan total adalah bagian dari cerita, mitos, dan kepercayaan yang dikelola dari generasi ke generasi. Meskipun sains sudah menjelaskan fenomena Gerhana Bulan dengan menggambarkannya sebagai gerakan tiga obyek: matahari, bumi, dan bulan, dimana benda langit berada dalam garis yang sama, kekuatan budaya dan spiritual dari berbagai sudut pandang tetap ada. Dikenal dengan nama Blood Moon karena penampakan warnanya, fenomena alam ini adalah, sejauh yang dapat dikatakan, bukan hanya sekadar peristiwa astronomi.

Gerhana Bulan: Tradisi, Mitos, dan Budaya yang Mengakar di Indonesia

Gerhana bulan sebagai salah satu fenemena alam yang sangat memukau, telah lama hadir dan mengakar dalam budaya Indonesia melalui beragam mitos, tradisi dan kepercayaan terkait fenomena gerhana bulan, yang menggambarkan hubungan alam semesta dan manusia yang begitu kental. Di banyak kawasan di Indonesia, gerhana bulan tidak hanya sebagai sekedar peristiwa alam semesta saja, melainkan sekaligus memiliki makna kehidupan di dalamnya, merepresentasikan cerita para leluhur dan tradisi yang masih teringat hingga sekarang ini, namun sejumlah besar diantaranya seakan sudah lenyap dan hilang karena arus modern yang semakin berkembang.

Ritual Budaya Pamekasan Jawa Timur Terkait Gerhana Bulan

Warga di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, kemungkinan akan ikut menikmati terjadinya gerhana bulan total yang akan terjadi besok. Walaupun di Indonesia hanya wilayah timur Indonesia yang dapat melihat fase akhir gerhana, tetapi tidak menutup kemungkinan warga Pamekasan tetap akan menjalankan ritual ini untuk menghargai tradisi leluhurnya. Dalam pengaruh modernisasi dan pemahaman ilmiah mengenai gerhana, jenis tradisi seperti ini tetap eksis dan menjadi identitas budaya.

Namun, apa yang dilakukan oleh masyarakat Pamekasan melalui tradisi tidaklah sederhana. Tradisi ini merupakan bagian dari cerminan keberadaan cara masyarakat ini memaknai hidup: hormat pada alam, solidaritas antar sesama, dan akar budaya. Masyarakat saat ini semakin terbuka dengan modernisasi, termasuk di saat gerhana matahari pun saat itu.

selective focus photography of goat
Ilustrasi Hewan Ternak Kambing. Photo by Nandhu Kumar on Pexels.com

Editor : Admin Sanubari

Serba Serbi
Berita Populer
Berita Terbaru