BI Rate Turun, IHSG Menguat

avatar sanubari.co.id
Ilustrasi IHSG
Ilustrasi IHSG

SURABAYA, sanubari.co.id - Meredanya perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok sangat berdampak positif bagi perdagangan pasar saham di Indonesia. Ditambah, kebijakan Bank Indonesia yang menurunkan suku bunga acuan ke level 5,50 persen.

Kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) sepanjang Mei 2025 pun selalu positif. Hanya dua kali perdagangan pasar saham ditutup melemah. Sisanya, terus menguat. Bahkan, IHSG kini berada di level 7.200.

Baca Juga: Gus Lilur Ajak Tim Belajar Budidaya Teripang dan Penambangan ke Tiongkok

Equity Representative RHB Sekuritas Indonesia Maulana Nurushobry mengatakan, dua isu besar yang terjadi dalam pekan ini membuat sentimen positif investor terus tumbuh. Meredanya ketegangan antara AS dan Tiongkok membuat investor asing kembali berinvestasi di Indonesia.

Kalau kita flashback, di tiga bulan pertama Donald Trump memimpin AS, ia langsung nge-push negara lain. Tapi, sekarang ia lebih santai. Kita lihat itu sangat berdampak bagi IHSG kita. Sempat anjlok parah kemarin, katanya, Jumat 23 Mei 2025.

Volatilitas pasar juga masih mendapat tantangan dari yield obligasi jangka panjang AS yang terus naik. Pada Kamis malam sekitar pukul 20.00 WIB, imbal hasil obligasi AS tenor 30 tahun terbang ke posisi 5,15 persen. Ini menjadi level tertinggi-nya sejak Oktober 2023. Selain Oktober 2023, imbal hasil ini belum pernah setinggi ini sejak Juli 2007.

Spread antara obligasi lima tahun dan 30 tahun pada semalam juga meningkat tajam sampai 1 persen. Ini merupakan yang pertama kali terjadi sejak Oktober 2021. Artinya pasar memperkirakan inflasi masih akan bertahan pasar di AS dan kebijakan suku bunga tinggi bisa bertahan lebih lama.

Belum lagi, isu positif yang baru muncul pertengahan minggu ini. Dalam rapat dewan gubernur (RDG), bank sentral di Indonesia kembali menurunkan BI rate 0,25 persen. Penurunan ini mengikuti kemauan market, tambahnya.

Kebijakan BI itu menjadi stimulus bagi perdagangan pasar saham Indonesia. Sebab, karena adanya kebijakan tersebut, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing kembali menguat. Khususnya terhadap Dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 15.59 WIB di pasar spot exchange, nilai tukar rupiah menguat 110 poin atau 0,67 persen ke posisi Rp 16.217 per Dolar AS.

Ia pun yakin, kinerja positif di pasar saham ini akan berlanjut pekan depan. Sebab, saat ini Indonesia terus dibanjiri isu positif. Termasuk kinerja danantara yang mulai memperlihatkan trafik yang positif.

Baca Juga: Penurunan Daya Beli Masyarakat Lebaran 2025: Penyebab dan Dampaknya Terhadap Ekonomi Indonesia

Namun di sisi lain, menurutnya, saat ini ujian bagi IHSG. Resistensi IHSG akan diuji, akankah IHSG bisa menyentuh ke level 7.500. Hanya saja, kondisi itu tidak akan bisa terjadi dalam sisa waktu bulan ini.

Saya rasional saja. Kalau bulan ini saya rasa tidak akan bisa. Karena, hanya tersisa beberapa hari saja. Sangat kecil potensinya. Tetapi, kalau Juni nanti, saya yakin masih bisa. Tapi, ini menarik untuk kita tunggu hasilnya seperti apa, ucapnya.

Ketegangan yang terjadi antara India dan Pakistan menurutnya bukan menjadi ancaman bagi Indonesia. Bahkan, hal itu menjadi keuntungan tersendiri. Sebab, investor dari kedua negara itu akan berpotensi datang ke Tanah Air dengan membawa uang segar.

Kalau hanya ketegangan seperti itu, saya rasa tidak akan berdampak. Kecuali sampai terjadi luncuran nuklir. Pasti, akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi kita. Termasuk kinerja pasar saham. Pasti akan anjlok, ucapnya.

Berdasarkan RTI Business, perdagangan pasar saham minggu ini ditutup positif. Naik 0,66 persen atau 47,18 poin ke level 7.214,16. Dalam sepekan ini, IHSG tercatat naik 1,51 persen. Serta dalam satu bulan terakhir, tercatat naik 10,35 persen.

Baca Juga: Rupiah Terus Tertekan

Perdagangan, Jumat 23 Mei 2025, sebanyak 280 saham naik, 315 turun, dan 211 tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 12,15 triliun yang melibatkan 16,79 miliar saham dalam 1,18 juta kali transaksi. Kapitalisasi pasar pun naik menjadi Rp 12.592,72 triliun.

Mayoritas sektor berada di zona hijau. Bahan baku memimpin dengan kenaikan 5,19 persen. Lalu diikuti oleh utilitas 1,94 persen dan finansial 0,52 persen.

Saham Prajogo Pangestu (TPIA) terbang di angka 8,14 persen menjadi penggerak utama. TPIA menyumbang 23,09 indeks poin terhadap IHSG. Lalu Bank BRI (BBRI) naik 0,7 persen berkontribusi 7,64 indeks poin dan BREN menambah 5,7 indeks poin ke IHSG. (*)

Berita Terbaru