Bontang Masih Mengandalkan Bahan Baku Air di Bawa Tanah

Bahan Baku Air Bersih Kurang, PDAM Targetkan Tahun Depan Distribusi Air 24 Jam

avatar sanubari.co.id
Lokasi pengolahan air PDAM di Jalan Brigjen Katamso, Bontang, Senin 16 Juni 2025.
Lokasi pengolahan air PDAM di Jalan Brigjen Katamso, Bontang, Senin 16 Juni 2025.

BONTANG, sanubari.co.id - Bontang masih kekurangan bahan baku air bersih. Jumlah penduduk sebanyak 190.620 jiwa menurut data BPS Kaltim 2024, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Bontang perlu menyalurkan air setidaknya 600 liter per detik. Tetapi saat ini, baru sekitar 400 liter per detik.

“Saat ini memang bahan baku air bersih kita masih kurang. Sehingga, beberapa daerah di Bontang masih bergiliran untuk mendapat pengairan air,” kata Direktur Perusahaan Umum Daerah (Perumda) PDAM Bontang Suramin saat ditemui sanubari.co.id, Senin 16 Juni 2025.

Namun, daerah yang belum mendapatkan aliran air selama 24 jam hanya di daerah Kecamatan Bontang Selatan. Itu juga hanya di empat kelurahan saja: Kelurahan Berbas Tengah, Berbas Pantai, Tanjung Laut dan Tanjung Laut Indah. “Di sana masih menggunakan mekanisme bergiliran,” katanya lagi.

Idealnya, untuk kebutuhan masyarakat di Bontang Selatan adalah 40 liter per detik. Sehingga, PDAM Bontang berusaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Bontang Selatan. “Kalau di kecamatan lain, Alhamdulillah sudah merasakan aliran air bersih 24 jam,” bebernya.

Namun ia menargetkan tahun depan masyarakat di Kota Taman akan merasakan air bersih selama 24 jam. Begitu juga warga di Bontang Selatan. “Saya targetkan awal tahun 2026. Karena, kita dapat bantuan empat unit sumur baru dari Pemprov Katim. Sudah siap beroperasi,” bebernya.

Empat sumur yang dimaksud itu yakni satu unit di Jalan Pesut, Kelurahan Tanjung Laut Indah. Lalu ada juga di belakang gedung atau lapangan Aini Rasyifa, Tanjung Laut. Lalu di Jalan KS Tubun, Kelurahan Api-Api. Terakhir satu unit sumur di Jalan Brokoli, Kelurahan Gunung Elai.

“Dua sumur yang sudah aktif itu ada di Jalan KS Tubun dan Jalan Brokoli. Dua unit ini sudah bisa memenuhi kebutuhan masyarakat. Kalau dua lainnya terlambat aktif karena pemberiannya kemarin menyusul. Tapi nanti semua sumur itu akan aktif,” bebernya.

Ia menjelaskan, selama ini bahan baku air di Bontang masih mengandalkan distribusi air dari dalam tanah. Sebab, tidak mungkin menggunakan air laut. Karena biaya operasional akan tinggi. Berdampak pada penjualan air bersih kepada masyarakat yang pastinya harganya akan naik juga.

Di sisi lain, Bontang masih belum memiliki tanggul. Sehingga masih mengharap air dari dalam tanah. “Kedepannya, kami akan mengikuti standar nasional. Yakni distribusi air ke pelanggan selama 24 jam. Tidak ada lagi distribusi yang bergiliran. Kami juga sedang berproses untuk pembuatan tanggul,” ungkapnya. (*)

Berita Terbaru