Di sebuah kota bernama Kota Kognitif, tempat setiap fenomena aneh harus segera dianalisis, diukur, dan diarsipkan. Bahkan jika hasilnya lebih membingungkan dari misteri awalnya. Di sana terjadi kegemparan ilmiah.
Bukan tentang partikel sub atom yang baru ditemukan. Atau lubang hitam mini di halaman belakang. Ini tentang sesuatu yang jauh lebih esoteris. Namun tak kalah mengganggu: senyuman Nona Melodi.
Baca Juga: Cahaya dari Pondok Kecil
Senyuman yang konon, secara tidak sengaja, mampu membuat perangkat elektronik berkedip aneh. Bahkan menidurkan toaster yang sedang berjuang menyajikan roti gosong.
Mengukur Radiasi Bahagia
Dr. Kreso Dento, kepala Departemen Perilaku Estetika Tidak Terduga di Pusat Penelitian Fenomena Estetika Tak Terduga, adalah pria yang terlalu serius dalam hal-hal yang tidak seharusnya.
Baginya, setiap kerutan di dahi adalah data. Setiap helaan napas adalah potensi gelombang frekuensi. Jadi, ketika desas-desus tentang Nona Melodi, seorang barista di Kedai Kopi "Kafein Kebahagiaan" yang senyumannya bisa mematikan lampu jalan sementara, sampai ke telinganya, Dr. Kreso melihatnya sebagai magnum opus ilmiah berikutnya.
"Ini bukan sihir, Saudara-saudara," Dr. Kreso memaparkan dengan antusias di depan panel peneliti yang mayoritas menguap.
"ini adalah Harmonic Resonansi Senyum-Rona atau HRSR. Senyuman Nona Melodi, sebuah mahakarya estetika," pujinya.
"Senymannya itu memancarkan gelombang psionik-positronik yang selaras dengan fluktuasi sub-kuantum. Mempengaruhi aliran elektron pada perangkat-perangkat listrik yang kurang stabil!," ucapnya penuh semangat.
Profesor Raga, seorang ahli fisika kuantum yang lebih tertarik pada hasil lotre, hanya mengangguk sambil pura-pura mencatat.
Ini adalah kekhasan dari para akademisi di Kota Kognitif. Mereka jarang mengakui kebingungan mereka secara terbuka. Lebih memilih untuk mengangguk penuh makna atau mencatat sesuatu yang tak relevan di buku catatan kosong mereka.
Penemuan Nona Melodi terjadi saat Dr. Kreso, dalam pencariannya akan "anomali visual yang merangsang keilmuan,". Secara kebetulan menyaksikan sebuah pemadaman singkat yang sangat lokal —hanya di area sekitar Kafein Kebahagiaan, tepat setelah Nona Melodi tersenyum pada pelanggan yang baru saja berhasil memesan latte dengan pola hati ganda sempurna.
Dr. Kreso segera menghubungkan titik-titik tersebut dengan benang-benang spekulasi dan hipotesis yang sangat tipis. Setipis kesabaran seseorang saat menunggu kopi di jam sibuk. Baginya, kebetulan adalah data yang belum terklasifikasi, bukan sekadar kebetulan.
Laboratorium Senyum Terkalibrasi
Dalam waktu singkat, Nona Melodi, yang sebenarnya hanya ingin membuat kopi dan hidup tenang, menemukan dirinya menjadi subjek penelitian di Laboratorium Senyum Terkalibrasi milik Dr. Kreso.
Ruangan itu penuh dengan osiloskop berkedip. Sensor-sensor aneh terbuat dari kaleng bekas dan kawat jemuran, serta sebuah toaster yang diletakkan di atas alas anti-gravitasi (hanya untuk alasan). Padahal alas itu sebenarnya adalah papan skate yang dimodifikasi.
"keamanan fluktuasi medan magnet," kata Dr. Kreso.
"Tersenyumlah, Nona Melodi," perintah Dr. Kreso, sambil menunjuk ke arah seperangkat pengukur "psi-volts" yang berkedip-kedip tak karuan, seolah memiliki denyut nadinya sendiri.
"Senyum yang tulus, ya. Bukan senyum basa-basi yang hanya memicu kipas angin di sini. Kami membutuhkan emisi kebahagiaan murni. Bukan sekadar respons sosial standar," katanya.
Nona Melodi, dengan sedikit keraguan, memamerkan senyum manisnya. Seketika, layar osiloskop menunjukkan lonjakan aneh yang menyerupai denah pegunungan Alpen mini.
Lampu-lampu LED di sekitar ruangan berkedip seperti diskotek era 80-an dengan lagu-lagu yang terlewat-lewat. Toaster itu, alih-alih memanggul roti, justru mulai menyanyikan lagu "Twinkle, Twinkle Little Star" dengan suara robotik yang sumbang, seolah sedang mabuk daya listrik.
Profesor Raga, yang kebetulan sedang lewat untuk mencari colokan pengisi daya ponselnya, tersandung kabel dan merusak penanak nasi otomatis yang baru saja diimpor dari Jepang, yang langsung mengeluarkan nasi sushi mentah.
"Fantastis! Indikator HRSR melonjak 7,3 kali lipat!" seru Dr. Kreso, mengabaikan kekacauan kecil di sekelilingnya dan tumpahan nasi di lantai.
"Resonansi vokal toaster itu! Ini membuktikan bahwa gelombang senyumnya tidak hanya mempengaruhi listrik. Tetapi perangkat akustik yang sensitif terhadap anomali vibrasi! Luar biasa!"
Baca Juga: Awan yang Mengambang Terlalu Nyaman di Atas Kota
Sejak saat itu, setiap alat elektronik yang dibawa Dr. Kreso ke dekat Nona Melodi akan menunjukkan perilaku yang aneh. Jam digital akan menampilkan tanggal 30 Februari. Kalkulator akan menghitung 2+2=burung pipit terbang. Dispenser air akan menyemburkan soda jeruk rasa mentimun.
Paranoia Massal dan Jaringan Senyum Stabilizer
Berita tentang "Senyum Berenergi Tinggi" Nona Melodi menyebar dengan cepat ke seluruh Kota Kognitif. Diperparah oleh laporan-laporan dari media yang lebih suka dramatisasi. Masyarakat mulai paranoia.
Orang-orang menghindari Kedai Kopi "Kafein Kebahagiaan". Takut ATM mereka akan mencetak uang mainan atau memutar lagu dangdut secara acak. Pihak berwenang, atas desakan Dr. Kreso yang presentasinya selalu meyakinkan meski datanya meragukan, bahkan membentuk "Jaringan Senyum Stabilizer Kota".
Berupa tiang-tiang aneh berbentuk garpu tala raksasa di berbagai sudut kota. Diklaim dapat "menarik dan menetralkan" gelombang HRSR. Tentu saja, tiang-tiang itu tidak melakukan apa-apa. Hanya menjadi sarang burung, tempat promosi spanduk diskon, dan terkadang. Berfungsi sebagai tiang gawang dadakan untuk anak-anak bermain bola.
Dr. Kreso, berambisi memenangkan Penghargaan Partikel Paling Konyol Tahun Ini. Ia merencanakan sebuah upacara "Kalibrasi Senyum Agung" di Lapangan Sentral kota.
Tujuannya adalah untuk "menyelaraskan" senyuman Nona Melodi dengan "frekuensi stabil alam semesta" menggunakan sebuah "Generator Harmoni Estetika" raksasa yang tampak seperti bola disko dengan antena naga. Sebenarnya hanyalah hasil daur ulang dari wahana pameran sains yang gagal.
Nona Melodi dipakaikan gaun khusus yang dijahit dengan benang konduktif (sedikit benang bordir glitter, atas permintaan departemen mode) dan diminta berdiri di tengah lapangan. Tersenyum pada kerumunan yang cemas sekaligus penasaran.
"Siap, Nona Melodi?" teriak Dr. Kreso dari podiumnya yang terbuat dari tumpukan buku-buku ilmiah yang belum dibaca, tombol merah besar siap ditekan.
"Satu... dua... tiga... Senyum!"
Nona Melodi tersenyum. Senyuman yang tulus, mempesona. Seperti biasa, tidak ada yang terjadi. Generator Harmoni Estetika bergemuruh, berkedip, lalu berhenti total. Mengeluarkan asap berbau gosong. Lampu-lampu di lapangan padam. Kerumunan saling berbisik, panik.
"Profesor Raga, apa ini?!" seru Dr. Kreso, keringat dingin membasahi dahinya, lebih karena rasa malu ilmiah daripada ketakutan.
Baca Juga: Misteri Metropolis Mikrofon Mati
Profesor Raga, yang sedari tadi sedang asyik membetulkan kacamata yang melorot dengan jari kakinya (kebiasaan aneh yang ia kembangkan dari studi ergonomi ekstrem), menghela napas.
"Oh, itu. Sebenarnya, Dr. Kreso, sistem kelistrikan kota ini memang suka mati mendadak setiap kali kelembaban udara di atas 80 persen. Serta ada seseorang yang menggunakan lipstik berwarna fuschia cerah dalam jarak 20 meter dari kotak transformator utama. Itu Nona Melodi mengenakan lipstik fuschia, bukan?"
Ia menunjuk bibir Nona Melodi yang memang dihiasi lipstik warna fuschia cerah. Dr. Kreso sendiri rekomendasikan untuk "meningkatkan refleksi spektral". "Dan kebetulan hari ini lembab sekali, kan?," lanjutnya
Dr. Kreso terdiam. Sebuah jeda panjang yang dipenuhi oleh keheningan canggung. Hanya diselingi suara burung yang berdecit dari tiang Senyum Stabilizer dan bisikan Profesor Raga.
"Fenomena ini sudah ada jauh sebelum Nona Melodi menjadi barista. Kami menyebutnya 'Sindrom Fuschia Lembab'. Sangat jarang terjadi, tapi ya... terjadi saja. Hanya kebetulan saja Nona Melodi suka warna fuschia dan sering tersenyum di hari-hari lembab," ungkapnya.
Dr. Kreso Dento, dengan sigap dan tanpa kehilangan muka sedikit pun, langsung berteriak ke arah kerumunan.
"AHA! Teori saya benar! Gelombang HRSR Nona Melodi ternyata bereaksi paling kuat terhadap partikel warna fuschia dalam kondisi kelembaban tinggi! Ini adalah penemuan yang lebih besar!," ucapnya.
"Kita harus segera meneliti interaksi warna dan senyum! Ini membuka babak baru dalam estetika kuantum!" Ia berbalik, menatap Profesor Astaga dengan mata berbinar. "Profesor, siapkan proposal untuk proyek 'Peningkatan Indeks Kelembaban dan Respon Kosmetik-Senyum'!"
Nona Melodi hanya tersenyum tipis. Kali ini, tidak ada yang meledak. Tidak ada lampu yang mati. dan toaster pun tidak menyanyi. Mungkin karena dia tidak memakai lipstik fuschia lagi, atau mungkin memang tidak pernah ada hubungannya sejak awal.
Kota Kognitif, bagaimanapun, akan selalu punya alasan baru untuk panik dan "meneliti" hal-hal yang sebenarnya sangat sederhana. Dr. Kreso Dento akan selalu menemukan cara untuk membingkai kebetulan sebagai penemuan ilmiah revolusioner. (*)
Editor : Redaksi Sanubari