KUBAR, sanubari.co.id - Si jago merah kembali mengamuk di Kubar. Kali ini korbannya banyak. Ada 40 rumah yang terbakar. Semuanya berada di RT 3, Kota Tua Long Iram, Kecamatan Long Iram, Kutai Barat. Kejadian itu terjadi pada Rabu, 25 Juni 2025 lalu. Setidaknya 33 kepala keluarga kehilangan tempat tinggal. Kerugian ditaksir mencapai Rp 15 miliar.
Pasca musibah itu, berbagai bantuan pun terus mengalir. Salah satunya dari Nanang Aspian Nur, anggota komisi I DPRD kabupaten Kutai Barat. Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini melihat langsung para korban bencana alam itu. Ia juga sempat melihat lokasi rumah yang terbakar.
Baca Juga: DPRD Kaltim Soroti Dugaan Pelanggaran Izin Pabrik Sawit PT KSM di Kutai Timur
Dalam pertemuan itu, Nanang juga menyerahkan bantuan kemanusiaan kepada para korban. Kedatangan putra asli Long Iram ini ke lokasi kebakaran didampingi Burhanuddin, camat Long Iram. Ia terlihat sempat berdialog dengan para korban.
“Saya sangat prihatin atas musibah ini. Begitu mendengar kabar kebakaran, saya langsung menghubungi adik saya, H Abdul Rahman Agus anggota DPRD Kaltim dari fraksi PAN Dapil Kubar-Mahulu. Beliau langsung memberikan bantuan. Kami tidak ingin warga dibiarkan berjuang sendiri,” katanya, Rabu 2 Juli 2025.
Bantuan itu berupa beras, telur, mie instan, air mineral, gula, kopi dan kebutuhan pokok lainnya yang dibutuhkan para korban di pengungsian. Ia juga menyerahkan uang tunai senilai Rp 30 juta. “Sebesar Rp 20 juta sumbangan dari H Abdul Rahman Agus. Sisanya dari saya pribadi,” terangnya.
“Bantuan ini tidak besar. Tapi kami berharap dapat sedikit meringankan beban saudara-saudara kami di Long Iram. Mereka semua keluarga besar saya. Tentu menjadi kewajiban moral bagi saya untuk hadir, berbagi, dan ikut mencarikan solusi,” tambah Nanang.
Sebagai legislator, Nanang menekankan, kehadirannya bukan hanya membawa bantuan, tetapi juga menyerap aspirasi dari masyarakat yang terdampak. Salah satu usulan penting yang disampaikan warga adalah pembangunan turap bronjong penahan tebing di pinggiran Sungai Mahakam. Tepat di lokasi kebakaran.
Menurut warga, keberadaan turap sangat krusial. Karena posisi permukiman yang berada di tepi sungai. Rentan longsor. Terutama di musim hujan. Musibah kebakaran justru memperparah kondisi tanah. Sehingga risiko longsor kini menjadi ancaman nyata bagi warga yang tersisa di lokasi.
“Kami di DPRD akan mendorong pembangunan turap bronjong ini sebagai bentuk mitigasi risiko bencana lanjutan. Aspirasi ini akan kami sampaikan kepada instansi terkait. Baik di tingkat kabupaten maupun provinsi. Tentu saja, semua itu membutuhkan proses dan dukungan dari banyak pihak,” ujarnya.
Ia berharap pemerintah daerah dan pemerintah provinsi bisa bergerak cepat dalam menanggapi dampak kebakaran. Termasuk perencanaan pembangunan kembali rumah warga, pasar, kantor desa, hingga gedung sarang burung walet yang turut terbakar.
“Musibah ini menjadi pengingat kita semua, bahwa perlu ada kebijakan jangka panjang dalam merancang kawasan permukiman yang aman dari bencana. Pemerintah perlu hadir secara menyeluruh. Tidak hanya di masa tanggap darurat saja,” tegas Nanang.
Ia juga mengajak seluruh masyarakat Kutai Barat, khususnya di wilayah Long Iram dan sekitarnya, untuk saling bergandengan tangan membantu para korban. Solidaritas dan gotong royong, menurutnya, adalah kekuatan utama dalam proses pemulihan.
“PAN akan terus hadir di tengah rakyat, terutama saat rakyat dalam kondisi terpuruk. Kami bukan hanya ingin menjadi penyambung lidah aspirasi. Tapi juga bagian dari solusi. Kepedulian adalah kerja politik yang sesungguhnya,” katanya lagi. (*)
Editor : Redaksi Sanubari