Ketegangan Dalam Negeri Berdampak Pada Nilai Tukar Rupiah

Rupiah Sempat Anjlok, Kini Menguat Tipis di Perdagangan Awal September 2025

avatar Robby
Ilustrasi nilai tukar rupiah yang anjlok. (Gemini AI)
Ilustrasi nilai tukar rupiah yang anjlok. (Gemini AI)

JAKARTA, sanubari.co.id - Dampak dari gejolak sosial dan politik di Indonesia sudah mulai terasa. Belum lagi aksi demonstrasi di berbagai daerah di Tanah Air semakin memperburuk kondisi. Dampaknya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus tertekan. 

Dalam penutupan perdagangan, Jumat, 29 Agustus 2025, rupiah anjlok 0,9 persen ke level Rp 16.499,5 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS tergelincir ke level 97,83 hingga 31 Agustus 2025. 

Baca Juga: Batik Oey Soe Tjoen Lambang Kekayaan di Masanya

Pengamat Mata Uang dan Komoditas Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah berisiko kembali terdepresiasi pada perdagangan hari pertama bulan ini. 

“Mata uang rupiah fluktuatif. Tetapi berisiko ditutup melemah di rentang Rp 16.490-Rp 16.520 per dolar AS,” papar Ibrahim dalam analisanya, Jumat 29 Agustus 2025.

Menurutnya, kondisi itu terjadi karena awal pekan ini dibayangi oleh sentimen kondisi sosial dan politik dalam negeri yang terus memanas. Kondisi itu terjadi sejak, Kamis 28 Agustus 2025 lalu.

“Apalagi, adanya kebijakan pemerintah akan memberikan tunjangan untuk perumahan terhadap DPR. Ini pun juga membuat satu ketegangan tersendiri. Semakin memanas karena ada korban jiwa pada aksi demonstrasi kemarin,” ujarnya. 

Selain itu, menurutnya, birokrasi yang kental dengan kolusi dan nepotisme juga membuat kecemburuan tersendiri bagi para profesional lainnya yang selama ini masih belum memiliki pekerjaan. “Wajar ketimpangan semakin tajam dalam pemerintahan Prabowo-Gibran saat ini,” tegasnya. 

Dari sentimen global, data yang dirilis Amerika Serikat menunjukkan ekonomi di Negeri Paman Sam tersebut tumbuh pesat. Indikasinya, jumlah warga AS yang mengajukan tunjangan pengangguran menurun yang menyiratkan penguatan pasar tenaga kerja. 

Selain itu, PDB kuartal II/2025 di AS menunjukkan ekspansi tahunan sebesar 3,3 persen. Angka itu melampaui proyeksi pertumbuhan di level 3,1 persen dari posisi semula di 3,0 persen. 

Baca Juga: BI Rate Turun, IHSG Menguat

Selain itu, klaim pengangguran awal juga turun menjadi 229 ribu. Sedikit lebih baik dari konsensus yang meramal di level 230 ribu. Katalis berikutnya tidak jauh dari perkembangan Bank Sentral. 

Gubernur The Fed Lisa Cook yang telah dipecat Trump, mengajukan gugatan. Hal itu memicu pertikaian bersejarah atas independensi bank sentral AS. Polemik tersebut mewarnai keputusan The Fed untuk menetapkan suku bunga pada September nanti.

Rupiah Dibuka Menguat 0,27 Persen

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah mengawali perdagangan hari ini menguat 0,17 persen atau 27,5 poin ke level Rp 16.472 per dolar AS. Pada saat yang sama, indeks dolar AS terpantau naik 0,04 persen ke posisi 97,8. 

Sama seperti rupiah, sejumlah mata uang di Asia lainnya mengalami penguatan. Dolar Hong Kong misalnya menguat 0,01 persen, yuan China menguat 0,01 persen, dan dolar Singapura menguat 0,04 persen. 

Sementara sejumlah mata uang di Asia lainnya melemah. Seperti Yen Jepang melemah 0,1 persen, dolar Taiwan melemah 0,09 persen, dan won Korea Selatan melemah 0,18 persen. Selain itu, peso Filipina melemah 0,27 persen, rupee India melemah 0,66 persen, dan ringgit Malaysia melemah 0,2 persen terhadap dolar AS.

Baca Juga: Hetifah Dorong Wajib Belajar 13 Tahun untuk Perkuat SDM di Kaltim

Jeda Siang, Rupiah Parkir di Level Rp 16.484

Nilai tukar rupiah menguat 15 poin atau 0,09 persen ke level Rp 16.484,5 per dolar AS pada saat jeda pukul 12.00 WIB.  Dalam konferensi pers di BEI, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut nilai tukar rupiah relatif stabil. 

Kendati terdapat sentimen gejolak sosial politik akibat gelombang aksi unjuk rasa di berbagai daerah. Airlangga mengatakan ekonomi Indonesia memiliki ketahanan yang solid dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,12 persen secara year-on-year (YoY) pada kuartal II/2025. 

Selain itu, tingkat PMI Manufaktur Indonesia telah kembali ke fase ekspansi 51,5 persen pada Agustus 2025. Menko Perekonomian juga menyoroti indikator nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. 

Cadangan devisa juga disebut relatif baik. Yakni sebesar USD 152 miliar per Juli 2025.  “Nilai tukar rupiah relatif stabil di angka Rp 16.490 per dolar AS. Depresiasi sepanjang tahun 2,35 persen,” ucapnya. (*)

Berita Terbaru