BONTANG, sanubari.co.id - Proyek drainase di Bontang ternyata buat banyak masalah. Mulai dari banyak pipa PDAM Tirta Taman dan pipa jaringan gas (Jargas) yang bocor. Sampai pada ornamen berupa lampu hias kota yang hancur.
Kondisi ini pun membuat Wakil Ketua Komisi C DPRD Bontang M Sahib geram. Pun ia menyoroti masalah rusaknya lampu hias di Jalan MT Haryono. Tepatnya di depan kantor Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Bontang.
Baca Juga: SR Dibangun, Andi Faizal: Tingkat Putus Sekolah akan Berkurang
“Dinas PU (Pekerjaan Umum) harus tegas ini. Ornamen yang rusak ini harus segera diganti. Ornamen ini dibuat mahal. Habiskan anggaran puluhan juta ini,” katanya saat dihubungi sanubari.co.id, Senin, 1 September 2025.
Menurutnya, ornamen itu dibuat untuk mempercantik kota. Namun, sengaja dirusak saat pengerjaan proyek drainase. Usia pemasangan ornamen itu juga belum lama. Baru satu tahun. Sehingga, ia meminta kontraktor yang mengerjakan proyek tersebut harus bertanggung jawab.
“Ornamen lampu itu dipasang untuk mempercantik tengah kota Bontang. Bukan hanya sekedar pajangan semata. Ornamen itu juga dipasang menggunakan anggaran APBD Bontang. Sehingga, harus dijaga bersama,” ucapnya.
Pun ia mempertanyakan, mengapa kontraktor yang mengerjakan drainase tersebut tidak memindahkan terlebih dahulu ornamen bertuliskan: Energy Bontang tersebut. Ia juga mempertanyakan pengawasan PU terhadap proyek yang dikerjakan kontraktor.
“Padahal, bisa dipindahkan terlebih dahulu. Dititip di halaman Ramayana misalnya. Atau di halaman kantor BPKAD. Itu kan tidak mengganggu. Anehnya, kemana Dinas PU ini? Bukannya mereka yang seharusnya mengawasi pengerjaan proyek ini,” tegasnya.
Ia melihat, beberapa tulisan di ornamen tersebut rusak. Bahkan, hanya diletakkan sembarangan oleh kontraktor. Seperti barang rongsokan yang tidak memiliki nilai sama sekali. “Ini mahal loh harganya,” tegasnya.
Ia menilai, hancurnya ornamen tersebut pasti ulah dari kontraktor. Karena merasa kehadiran ornamen itu mengganggu pekerjaan mereka. Sehingga, para pekerja kontraktor itu dengan sengaja merobohkan ornamen tersebut.
“Kalau dibongkar terus diletakkan ke tempat yang lebih bagus, tidak masalah. Kenapa kok malah dihancurkan seperti ini. Saya kecewa saat melintas dan melihat kondisi tersebut. Saya melihat langsung,” bebernya.
Pun dirinya meyakini bahwa ornamen itu sudah rusak. Tidak bisa lagi digunakan. Karena itu, ia meminta kontraktor harus bertanggung jawab. Harus ganti rugi. “Saya akan melakukan sidak dulu. Setelah itu, saya panggil PU dan kontraktornya,” ungkapnya. (*)
Editor : Redaksi Sanubari