SURABAYA, sanubari.co.id - Libur lebaran 2025 menjadi momen yang cukup menyedihkan bagi berbagai sektor bisnis di Indonesia. Ekonomi yang tidak dalam kondisi baik-baik saja menyebabkan penurunan daya beli masyarakat yang cukup signifikan. Pengelola pusat perbelanjaan, khususnya Pakuwon Group, turut merasakan dampak dari fenomena ini.
Penurunan Daya Beli Masyarakat Selama Lebaran 2025
Direktur Marketing Pakuwon Group Sutandi Purnomosidi mengungkapkan, meskipun jumlah pengunjung di seluruh Pakuwon Mal mengalami kenaikan sekitar 5 persen selama Ramadan dan libur Idulfitri 1446 Hijriyah dibandingkan tahun lalu, daya beli masyarakat justru menurun drastis. Penurunannya diperkirakan mencapai 25-30 persen dari tahun sebelumnya.
Baca Juga: BI Rate Turun, IHSG Menguat

Menurut Sutandi, penurunan ini terjadi di berbagai segmen bisnis, mulai dari makanan dan minuman hingga fashion seperti pakaian dan sepatu. Bahkan, meskipun beberapa tenan memberikan diskon besar antara 50-70 persen, target penjualan tetap tidak terpenuhi.
Pengaruh Kebijakan Donald Trump dan Inflasi
Selain itu, kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang mengenakan tarif pajak 32 persen terhadap impor dari Indonesia turut memperparah kondisi ekonomi. Kebijakan tersebut berdampak langsung pada inflasi yang sudah berada di depan mata. Kenaikan harga-harga barang akibat tarif tersebut berujung pada pelemahan daya beli masyarakat.
Sutandi menegaskan bahwa jika penurunan daya beli ini terus berlanjut, ekonomi Indonesia tidak akan bergerak dengan baik. Beberapa kali terjadi deflasi yang mengindikasikan ancaman resesi. Jika dalam 3 bulan berturut-turut terjadi deflasi, Indonesia bisa memasuki masa resesi yang mungkin berlangsung hingga 1-2 tahun.
Upaya Pakuwon Group Menghadapi Tantangan Ekonomi
Manajemen Pakuwon Group terus berupaya mengatasi masalah ini dengan mendorong setiap tenan untuk gencar melakukan promosi. Promosi dianggap sebagai strategi utama untuk menarik minat pembeli yang saat ini cenderung selektif dalam berbelanja. Selain itu, berbagai event menarik juga terus dihadirkan untuk mengundang lebih banyak pengunjung ke mal.
Namun, meskipun jumlah pengunjung meningkat, masalah utama tetap pada rendahnya daya beli masyarakat. Sutandi mengibaratkan bahwa pengelola mal seperti Pakuwon Group hanya bisa mengumpulkan "ikan" (pengunjung), sementara para tenan harus "memancing" agar terjadi transaksi.
Penurunan Daya Beli di Negara Lain
Fenomena penurunan daya beli tidak hanya terjadi di Indonesia. Beberapa negara lain seperti Malaysia dan Tiongkok juga menghadapi situasi serupa. Konsumen yang biasanya membeli barang-barang mahal kini mulai beralih ke produk dengan harga lebih terjangkau. Hal ini menunjukkan bahwa masalah penurunan daya beli merupakan masalah global yang dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi dunia.
Libur lebaran 2025 menjadi momen yang penuh tantangan bagi para pelaku bisnis, terutama di sektor retail dan pusat perbelanjaan. Kebijakan ekonomi global, khususnya tarif impor yang diberlakukan oleh Amerika Serikat, serta ancaman resesi yang menghantui Indonesia menjadi penyebab utama dari melemahnya daya beli masyarakat.
Pakuwon Group sebagai salah satu pengelola mal terbesar di Indonesia terus berusaha mengatasi masalah ini dengan berbagai strategi promosi. Namun, daya beli yang menurun tetap menjadi tantangan besar yang perlu segera diatasi agar ekonomi Indonesia dapat kembali bergerak dengan stabil. (*)
Editor : Redaksi Sanubari