Pelaku UMKM Terkena Dampak Kelangkaan LPG Bersubsidi

LPG 3 Kg Sulit Dicari di Bontang

avatar Robby
Pemilik warung BNA Bites Budi Wahyu Nugroho saat memegang tabung gas LPG 3 Kilogram.
Pemilik warung BNA Bites Budi Wahyu Nugroho saat memegang tabung gas LPG 3 Kilogram.

BONTANG, sanubari.co.id - Tabung gas subsidi kembali langka di Bontang. Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pun merasakan dampaknya. Mereka kesulitan mencari tabung gas LPG berukuran tiga kilogram tersebut.

Salah satunya Budi Wahyu Nugroho, pemilik warung BNA Bites di Jalan Awang Long. Seharian ini, ia kesulitan mencari tabung gas tiga kilo itu. Semua toko yang ia masuki mengaku stok tabung gas melon itu habis.

Baca Juga: MJC Diskop Jatim 2025, Talenta Muda Malang dan Madiun Dalami Ilmu Desain Kemasan

Bahkan, ia sudah mendatangi agen-agen besar. Termasuk juga distributor LPG, semuanya mengaku kosong. Sehingga, ia mencoba mencari ke sub agen yakni di warung-warung. Tapi, tetap juga kosong.

“Dari siang sudah keliling cari. Sulit banget. Harusnya, dari siang tadi saya sudah buka. Tapi karena kesulitan cari tabung gas, jadi baru sore ini buka. Karena baru dapat sekarang. Itu juga dekat rumah teman,” katanya kepada sanubari.co.id, Kamis 11 September 2025.

Namun, ia tidak mengetahui, sejak kapan kondisi itu terjadi. Karena, dirinya baru hari ini membeli gas. “Saya tidak tahu mulai kapan langka tabung gas ini. Kalau harga sih, masih normal saya beli tadi. Masih di angka Rp 30 ribu per tabung,” bebernya.

Hal yang sama juga dialami oleh Hardi, warga RT 11, Kelurahan Telihan. Ia mengaku sudah tiga hari dirinya mencari gas. Sayangnya, tidak pernah dapat. “Jadi, kalau mau makan, harus beli lauk masak. Jelas kondisi ini buat berat kantong juga,” ucapnya.

Ia mengaku, sudah mendatangi ke beberapa kios dan agen di wilayah Telihan. Namun hasilnya nihil. Tak satupun memiliki stok tabung elpiji 3 kilogram. “Setiap kali datang, semuanya bilang habis,” keluhnya.

Kelangkaan ini membuat harga melambung. Di tingkat pengecer, satu tabung melon dipatok Rp 32 ribu hingga Rp 35 ribu. Padahal harga eceran tertinggi (HET) di tingkat agen resmi jauh lebih rendah.

Baca Juga: Mayoritas Warga Puas Kinerja Pemprov Jatim Versi The Republic Institute

Simatupang, pemilik toko di Kelurahan Telihan menuturkan, pasokan tabung gas tiga kilogram ini sempat terhenti sejak Sabtu 6 September 2025. Pengiriman baru kembali dilakukan pada Selasa 9 September 2025. Tetapi jumlahnya sangat terbatas.

“Datang cuma 30 tabung. Biasanya sampai 50 tabung. Dalam sejam langsung habis semua. Padahal dijual sesuai harga, Rp 32 ribu per tabung,” katanya.

Cerita serupa datang dari Hendra, pemilik toko di Jalan A Yani, Kelurahan Tanjung Laut. Ia mengaku, stok elpiji yang diantar pagi hari, tak sampai siang sudah ludes. “Mungkin karena kemarin sempat kosong. Jadi begitu ada barang, warga langsung berebut beli,” jelasnya.

Kondisi ini dibenarkan Rahman, kasir di SPBU koperasi karyawan (Kopkar) PT Pupuk Kaltim. Di sana merupakan pangkalan gas LPG. Menurutnya, pasokan elpiji 3 kilogram sebenarnya rutin datang setiap hari. Kecuali saat libur. 

Baca Juga: Pendaftar Merek Dagang di Kemnkum Jatim Naik 50 Persen

Namun jumlah yang diterima hanya 25 tabung per hari. “Permintaan jelas lebih banyak dari kuota. Jadi sekarang pembeli wajib menunjukkan KTP dan KK. Kalau sudah habis, warga masuk daftar tunggu untuk besoknya,” terangnya.

Rahman juga mengingatkan masyarakat agar membeli gas melon sesuai kebutuhan rumah tangga. Bukan untuk ditimbun. 

Pasalnya, elpiji 3 kilogram memang diperuntukkan bagi kalangan menengah kebawah dengan harga yang sudah diatur pemerintah. “Selama ini harga tetap mengacu pada HET yang berlaku di Bontang,” tambahnya. (*)

Berita Terbaru